Sekolahyang baik akan menghasilkan siswa yang dapat berpikir kritis - tentang masalah minat manusia, keingintahuan, kesenian, kerajinan, warisan, peternakan, pertanian, dan banyak lagi - dan kemudian melakukannya.
Karakter sangat dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan belajar siswa. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bias membuat keputusan dan siap untuk mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusan yang telah dibuat. Siswa Sekolah Menengah Pertama adalah siswa siswi yang berusia sekitar 12 sampai dengan usia 16 tahun, merupakan anak yang memasuki transisi perubahan masa anak anak menuju masa remaja awal yang mana biasanya mereka ingin menunjukan jati dirinya dengan berperilaku mengimitasi idola-idolanya. Cara pembentukan karakter yang baik bagi para siswa agar kelak bisa menjadi warga masyarakat yang berkepribaian baik, yang bersikap dan perilaku religious, toleran, jujur, disiplin, kerja keras, kreatif, tanggung jawab, mandiri, demokratis, menghargai karya orang lain dan cinta damai adalah melalui penerapan disiplin tata tertib sekolah. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free BRILIANT Jurnal Riset dan Konseptual Volume 2 Nomor 4, November 2017 Pembentukan Karakter Siswa melalui Penerapan Disiplin Tata Tertib Sekolah Suradi1 1SMPN 3 Tulungagung Email 1 suradi789 Abstrak Karakter sangat dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan belajar siswa. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bias membuat keputusan dan siap untuk mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusan yang telah dibuat. Siswa Sekolah Menengah Pertama adalah siswa siswi yang berusia sekitar 12 sampai dengan usia 16 tahun, merupakan anak yang memasuki transisi perubahan masa anak anak menuju masa remaja awal yang mana biasanya mereka ingin menunjukan jati dirinya dengan berperilaku mengimitasi idola-idolanya. Cara pembentukan karakter yang baik bagi para siswa agar kelak bisa menjadi warga masyarakat yang berkepribaian baik, yang bersikap dan perilaku religious, toleran, jujur, disiplin, kerja keras, kreatif, tanggung jawab, mandiri, demokratis, menghargai karya orang lain dan cinta damai adalah melalui penerapan disiplin tata tertib sekolah. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan kompetensi lulusan yang menyangkut pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dirumuskan berdasarkan kebutuhan pada tingkat individu, masyarakat, bangsa dan negara, serta peradaban tuntutan globalisasi yang menuntut agar semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan dan konteks pemahaman akan jauh lebih baik dimengerti melalui pendekatan pengetahuan multi disiplin. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang diciptakan oleh masyarakat untuk menyediakan lingkungan belajar dan ruang belajar untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran. Kegiatan pembelajaran diselenggarakan untuk membentuk watak, membangun pengetahuan, sikap dan kebiasaan-kebiasaan untuk meningkatkan mutu kehidupan peserta didik. Atas dasar itulah pentingnya kegiatan pembelajaran yang memberdayakan semua potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan. Pemberdayaan diarahkan untuk mendorong pencapaian kompetensi dan perilaku khusus supaya setiap individu mampu menjadi pembelajar sepanjang hayat dan mewujudkan masyarakat belajar. Kegiatan belajar mengajar atau pembelajaran adalah proses penyampaian pengetahuan atau latihan kecerdasan, berbagai kecakapan untuk masa depan siswanya dalam terjun dimasyarakat kelak. Pada dasarnya sekolah harus mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dibidang pembelajaran yang berorientasi pada pembentukan sikap, Tersedia Online di Sejarah Artikel Diterima pada 20 Oktober 2017 Disetuji pada 13 November 2017 Dipublikasikan pada 13 November 2017 Hal. 522-533 Kata Kunci pembentukan karakter, siswa smp, disiplin sekolah, DOI BRILIANT Jurnal Riset dan Konseptual Volume 2 Nomor 4, November 2017 menyampaikan kebutuhan pengetahuan dan ketrampilan masa kini untuk memberikan bekal kepada anak didik dalam mencapai kehidupan lebih baik dimasa mendatang. Dari masa kini dan seturusnya kebutuhan masyarakat akan pembelajaran tentu saja makin banyak dan semakin kompleks, mereka tidak hanya membutuhkan pengetahuan yag teoritis semata tetapi sangat memerlukan pengetahuan pada aspeks praktis yang berupa kecakapan atau ketrampilan yang lebih kompetitif. Dengan pesatnya kemajuan pengetahuan sosial dan teknologi baik internasional maupun lokal tantangan komunikasi antar bangsa yang menglobalisasi adalah keniscayaan. Kita sebagai warga dunia global tentu saja tidak mungkin untuk menghidari tantangan yang berada didepan mata kita. Laju perkembangan komunikasi transformasi yang sangat tinggi menyebabkan pergaulan tidak dapat lagi dibatasi oleh batas-batas negara. Pengaruhnya terhadap perubahan tatanan kehidupan masyarakat sosial pasti akan menjadi tantangan yang nyata. Pergeseran pola hidup dan perilaku warga akan banyak dipengaruhi oleh budaya asing yang menurut mereka merupakan budaya kekinian. Kebudayaan bangsa yang mengandung nilai adap budaya positif, baik terancam pudar. Sekolah sebagai lembaga formal pusat pengembangan pengetahuan, tehnologi dan budaya bangsa yang berkarakter baik, beradap, dan beretika harus bersiap diri dalam membentengi anak didiknya dari pengaruh variatif, yang berpengaruh pada perilaku masyarakat yang mengarah akan mengganggu stabilitas bangsa, perilaku dan pola kehidupan kondusif positif kearah pola pikir dan perilaku negative. Pendidikan Indonesia bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang 1 beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang maha Esa, 2 berakhlak mulia, 3 sehat, 4 berilmu, 5 cakap, 6 kreatif, 7 mandiri, 8 menjadi warga negara yang demokratis, dan 9 bertanggung jawab UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Untuk mencapai tujuan nasional tersebut semua stake holder sekolah harus bersiap diri dengan mengantisipasi hal hal yang tidak diinginkan dari pengaruh komunikasi global terhadap pola pikir dan perilaku siswa, salah satu caranya adalah menanamkan karakter/ pembiasaan budaya disiplin terhadap para peserta didik untuk melaksanakan tata tertib sekolahnya. Upaya ini perlu dilakukan secara terus menerus bagi siswa sekolah menengah pertama untuk meningkatkan karakter baiknya yang di peroleh di sekolah dasar dalam rangka membentuk warga negara yang berkarakter lebih baik dan competence lebih tinggi dan tangguh kemampuannya untuk berpartisipasi dalam pergaulan dunia yang tetap mengutamakan kemaslahatan bangsa. Upaya membentukan karakter peserta didik di tingkat sekolah menengah pertama melalui penerapan disiplin dalam melaksanakan tata tertib sekolah ini merupakan periode tepat untuk menanamkan karakter positif pada diri siswa dimana hal inilah yang akan menjadi blue print yang tidak akan terlupakan sepanjang hidupnya. Selain itu karakter baik adalah salah satu sikap fundamental pola pikir dan perilaku seseorang untuk mencapai keberhasilan hidup yang lebih baik. Maka sudah selayaknya sekolah mempersiapkan peserta didiknya berkarakter lebih baik yang menjujung tinggi budaya dan etika sebagai bekal hidup di masa depannya. Selanjutnya tulisan ini akan membahas tentang pengertian karakter, pembentukan karakter, disiplin dan tata tertip sekolah. BRILIANT Jurnal Riset dan Konseptual Volume 2 Nomor 4, November 2017 PEMBAHASAN Pengertian Karakter Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat. Jika dikaitkan dengan dunia pendidikan, karakter siswa yang baik adalah karakter siswa yang menunjukkan bahwa dirinya seorang pelajar yang berpendidikan. Anak yang terpelajar dan terdidik melalui proses pembelajaran dan pendidikan yang baik tentu saja akan menghasilkan anak yang berkarakter baik. Mereka akan mempunyai watak yang jujur, disiplin, bertanggung jawab, sopan santun, peduli terhadap orang lain, tidak sombong, mampu menghargai karya orang lain, memiliki daya kreatif tinggi. Kita atau siapapun orang lain akan bisa membedakan karakter seseorang orang yang terdidik dan tidak terdidik dari pola pikir dan perilakunya, tata tutur pembicaraannya, tindak tanduknya, tata rias/pakaiannya dan lain lain. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2016, karakter memiliki arti Sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Karakter adalah kumpulan fitur dan sifat yang membentuk batin individu yang mempengaruhi segenap pikiran, perilaku, budi pekerti, tabiat yang dimiliki manusia atau makluk hidup lainnya. Sifat individu dari ciri atau sifat seperti itu mengacu pada perilaku atau kualitas kepribadian/sikap seseorang/ beberapa orang. Suyanto mengemukakan karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama. Dari definisi di atas telah jelas bahwa penekanan karakter itu adalah pada cara berpikir dan berperilaku. Menurut sumber dari Balitbang, Kementerian Pendidikan Nasional, bahwa ruang lingkup nilai moral dalam rangka pembentukan karakter yang harus dikembangkan di lingkungan keluarga adalah sebagai berikut 1 Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agamadianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain; 2 Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orangselalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan; 3 Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya; 4 Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan; 5 Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya; 6 Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki; 7 Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugasnya; 8 Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama Hak dan kewajiban dirinya dan orang lain; 9 Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatuyang dipelajarinya, dilihat, dan didengar; 10 Semangat Kebangsaan Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya; 11 Cinta Tanah Air Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang BRILIANT Jurnal Riset dan Konseptual Volume 2 Nomor 4, November 2017 menunjukkankesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa; 12 Menghargai Prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain; 13 Bersahabat/Komuniktif Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain; 14 Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya; 15 Gemar Membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya; 16 Peduli Lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. Menurut Megawangi 2004, anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter apabila dapat tumbuh pada lingkungan yang berkarakter, sehingga fitrah setiap anak yang dilahirkan suci dapat berkembang segara optimal. Mengingat lingkungan anak bukan saja lingkungan keluarga yang sifatnya mikro, maka semua pihak - keluarga, sekolah, media massa, komunitas bisnis, dan sebagainya - turut andil dalam perkembangan karakter anak. Dengan kata lain, mengembangkan generasi penerus bangsa yang berkarakter baik adalah tanggung jawab semua pihak. Tentu saja hal ini tidak mudah, oleh karena itu diperlukan kesadaran dari semua pihak bahwa pendidikan karakter merupakan”PR” yang sangat penting untuk dilakukan segera. Terlebih melihat kondisi karakter bangsa saat ini yang memprihatinkan serta kenyataan bahwa manusia tidak secara alamiah spontan tumbuh menjadi manusia yang berkarakter baik, sebab menurut Aristoteles dalam Megawangi, 2004, hal itu merupakan hasil dari usaha seumur hidup individu dan masyarakat. Sekolah Menengah Pertama SMP Sekolah adalah sebuah lembaga pendidikan bagi siswa sampai usia 19 tahun. Kata sekolah berasal dari Bahasa Latin skhole, scola, scolae atau skhola yang memiliki arti waktu luang atau waktu senggang, di mana ketika itu sekolah adalah kegiatan di waktu luang bagi anak-anak di tengah-tengah kegiatan utama mereka, yaitu bermain dan menghabiskan waktu untuk menikmati masa anak-anak dan remaja. Kegiatan dalam waktu luang itu adalah mempelajari cara berhitung, cara membaca huruf dan mengenal tentang moral budi pekerti dan estetika seni. Untuk mendampingi dalam kegiatan scola anak-anak didampingi oleh orang ahli dan mengerti tentang psikologi anak, sehingga memberikan kesempatan yang sebesar-besarnya kepada anak untuk menciptakan sendiri dunianya melalui berbagai pelajaran di atas. Kurikulum 2013 menjelaskan sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar; Sekolah Menengah Pertama disingkat SMP adalah jenjang pendidikan dasar pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus dari Sekolah Dasar SD atau sederajat. Sekolah menengah pertama ditempuh dalam kurun waktu 3 tahun kelas 7 sampai kelas 9. Dulunya sekolah menengah pertama ini pernah disebut BRILIANT Jurnal Riset dan Konseptual Volume 2 Nomor 4, November 2017 sebagai Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SLTP, hingga pada tahun ajaran 2003-2004 SLTP diganti dengan sebutan Sekolah Menengah Pertama SMP. Beberapa kategori serupa / setahap dengan Sekolah Menengah Pertama SMP atau sederajat diantaranya Madrasah Tsanawiyah MTs dan Kelompok Belajar/ Program Paket B Sekolah menengah yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta. Sejak pelaksanaan otonomi daerah pada tahun 2001, pengelolaan sekolah menengah pertama di Indonesia yang sebelumnya berada di bawah Departemen Pendidikan, kini menjadi tanggung jawab daerah pemerintah kabupaten / kota. Sedangkan Departemen Pendidikan hanya bertindak sebagai regulator dalam bidang standar nasional pendidikan. Secara struktural, sekolah menengah pertama adalah unit teknis pelayanan pendidikan kabupaten/ kota. Di Indonesia mulai diberlakukan program wajib belajar 9 tahun yaitu antara usia 7-15 tahun, ini artinya setiap warga negara Indonesia wajib mendapatkan pendidikan mulai dari Sekolah Dasar SD atau sederajat sampai Sekolah Menengah Pertama SMP atau sederajat. Para siswa yang telah berhasil atau dinyatakan Lulus pada tingkat ini bisa melanjutka ketahap pendidikan diatasnya, yaitu diantaranya sebagai berikut Sekolah Menengah Atas/ Kejuruan, Madrasah Aliyah / Kejuruan, dan Kelompok Belajar / Program Paket C. Tata Tertib Sekolah Sebelum membahas tentang tujuan tata tertib yang lebih luas, akan penulis uraikan terlebih dahulu tujuan dari peraturan. Menurut Hurlock 1990 85, yaitu peraturan bertujuan untuk membekali anak dengan pedoman berperilaku yang disetujui dalam situasi tertentu. Misalnya dalam peraturan sekolah, peraturan ini memuat apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh siswa, sewaktu berada di lingkungan sekolah. Tujuan tata tertib adalah untuk menciptakan suatu kondisi yang menunjang terhadap kelancaran, ketertiban dan suasana yang damai dalam pembelajaran. Dalam informasi tentang Wawasan Wiyatamandala 1993 21 disebutkan bahwa ketertiban adalah suatu kondisi dinamis yang menimbulkan keserasian dan keseimbangan tata kehidupan bersama sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang memiliki tujuan membentuk manusia yang berkualitas, tentunya sangat diperlukan suatu aturan guna mewujudkan tujuan tersebut. Lingkungan sekolah khususnya tingkat SMP yang berangotakan remaja-remaja awal yang sedang dalam masa transisi, sangat rentan sekali terhadap perilaku yang menyimpang. Oleh karena itu diperlukan suatu hukum atau aturan yang harus diterapkan di sekolah yang bertujuan untuk membatasi setiap perilaku siswa. Di lingkungan sekolah yang menjadi “hukum” nya adalah tata tertib sekolah. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 1998 37, mengemukkan bahwa peraturan tata tertib sekolah adalah peraturan yang mengatur segenap tingkah laku para siswa selama mereka bersekolah untuk menciptakan suasana yang mendukung pendidikan. Dalam kondisi sehari-hari, kondisi di atas mencerminkan keteraturan dalam pergaulan, penggunaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana dan dalam mengatur hubungan dengan masyarakat serta lingkungan. Menurut Kusmiati 2004 22, bahwa tujuan diadakannya tata tertib salah satunya sesuai dengan yang tercantum dalam setiap butir tujuan tata tertib BRILIANT Jurnal Riset dan Konseptual Volume 2 Nomor 4, November 2017 Menurut Depdikbud 1989 pengertian tata tertib sekolah adalah aturan atau peraturan yang baik dan merupakan hasil pelaksanaan yang konsisten tatap azas dari peraturan yang ada. Menurut Mulyono 2000 tata tertib adalah kumpulan aturan–aturan yang dibuat secara tertulis dan mengikat anggota masyarakat. Aturan–aturan ketertiban dalam keteraturan terhadap tata tertib sekolah, meliputi kewajiban, keharusan dan larangan–larangan. Tata tertib sekolah merupakan patokan atau standar untuk hal–hal tertentu. Sesuai dengan keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor 158/C/Kep/ Tanggal 24 September 1981. Ketertiban berarti kondisi dinamis yang menimbulkan keserasian, keselarasan dan keseimbangan dalam tata hidup bersama makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Ketertiban sekolah tersebut dituangkan dalam sebuah tata tertib sekolah. Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP IKIP Malang 1989 mengartikan tata tertib sekolah sebagai kesediaan mematuhi ketentuan berupa peraturan–peraturan tentang kehidupan sekolah sehari–hari. Tata tertib sekolah disusun secara operasional guna mengatur tingkah laku dan sikap hidup siswa, guru dan karyawan administrasi. Secara umum tata tertib sekolah dapat diartikan sebagai ikatan atau aturan yang harus dipatuhi setiap warga sekolah tempat berlangsungnya proses belajar mengajar. Pelaksanaan tata tertib sekolah akan dapat berjalan dengan baik jika Guru, aparat sekolah dan siswa telah saling mendukung terhadap tata tertib sekolah itu sendiri, kurangnya dukungan dari siswa akan mengakibatkan kurang berartinya tata tertib sekolah yang diterapkan di sekolah. Peraturan sekolah yang berupa tata tertib sekolah merupakan kumpulan aturan–aturan yang dibuat secara tertulis dan mengikat di lingkungan sekolah. Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa tata tertib sekolah merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain sebagai aturan yang berlaku di sekolah agar proses pendidikan dapat berlangsung dengan efektif dan efisien. Berdasarkan pandangan/keterangan tentang Tata Tertib/Disiplin Sekolah diatas bisa disimpulkan bahwa tata tertib sekolah disusun secara operasional guna mengatur tingkah laku dan sikap hidup siswa, guru dan karyawan administrasi disekolah yang bersangkutan. Pelaksanaan tata tertib sekolah yang merupakan sarana untuk meningkatkan disiplin belajar siswa akan dapat berjalan dengan baik jika Guru, aparat sekolah dan siswa telah saling mendukung terhadap tata tertib sekolah itu sendiri, kurangnya dukungan dari siswa dan seluruh stake holder sekolah akan mengakibatkan kurang berartinya tata tertib sekolah yang diterapkan di sekolah itu juga. Mengutip contoh Tata Tertib Sekolah yang diterapkan untuk mengatur tingkah laku dan sikap hidup siswa, guru dan karyawan administrasi di SMP Negeri Tulungagung meliputi hal-hal sebagai berikut 1 Masuk Sekolah Semua Siswa harus hadir disekolah selambat-lambatnya 10 menit sebelum pelajaran dimulai, Siswa yang terlambat datang tidak diperkenanakan masuk kelas sebelum lapor ke guru piket/guruBK, Siswa absen sungguh-sungguh sakit atau keperluan sangat penting, Siswa yang absen harus mengirim surat ijin dan apabila sakit lebih dari tiga hari harus mengirim surat keterangan dokter. Siswa yang telah diperingatkan dan mendapat sanksi masih sering absen tanpa keterangan akan dikembalikan ke orang tua dikeluarkan. 2 Kewajiban Siswa Taat kepada Guru BRILIANT Jurnal Riset dan Konseptual Volume 2 Nomor 4, November 2017 dan Kepala Sekolah, Taat terhadap tata tertib yang ditentukan ole sekolah, Ikut bertanggung jawab terhadap pelaksanaan 7 K, Ikut menjaga nama baik sekolah, baik didalam maupun diluar sekolah, Menghormati guru dan saling menghargai sesama siswa, Siswa tidak menaiki sepeda di halaman sekolah, Siswa yang membawa kendaraaan sepeda agar menempatkan ditempat yang telah ditentukan dalam keadan terkunci, Ikut membantu agar tata tertib dapat ditaati. 3 Larangan Siswa Meninggalkan sekolah selama pelajaran berlangsung tanpa seizing dari guru piket/guru BK, Membawa sepeda motor ke sekolah, Membeli makanan dan minuman di luar sekolah, Memakai perhiasan yang beerlebihan serta berdandan yang tidak sesuai dengan pelajar, Merokok didalam dan diluar sekolah, Pinjam meminjam uang dan alaat pelajaran sesame siswa, Mengganggu jalannya pelajaran baik terhadap kelasnya maupun terhadap kelas lain, Berada atau bermain di tempat sepeda, Berada dalam kelas selama istirahat, Berkelahi dan main hakim sendiri jika menemui persoalan sesame siswa, Menjadi anggota perkumpulan anak-anak nakal dan geng terlarang, Memeras teman satu kelas, main kartu judi di sekolah, Menggunakan HP yang menggangu efektivitas waktu pembelajaran. 4 Hal Pakaian Setiap siswa memakai seragam lengkap, Siswa putri dilarang alat kosmetika yang lazim dipakai orang dewasa dan memanjangkan kuku serta mengecatnya kutek, Rambut dipotong rapi, bersih dan terpelihaara tidak dicat, Pakaian olah raga harus memenuhi ketentuan sekolah. 5 Hak Siswa Siswa berhak mengikuti pelajaran selama tidak melanggar tata teertib, Siswa berhak memilih/ mengikuti kegiatan ekstra kurikuler, Siswa berhak menggunakan fasilitas sekolah seperti perpustakaan, laboratorium IPA, aboratorium computer, laboratorium Bahasa dan saraana lain, Siswa mendapat perlakuan sama selama tidak melanggar tata tertib sekolah. Pengertian Kedisiplinan Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. Disiplin akan membuat seseorang tahu dan dapat membedakan hal-hal apa yang seharusnya dilakukan, yang wajib dilakukan, yang boleh dilakukan, yang tak sepatutnya dilakukan karena merupakan hal-hal yang dilarang. Bagi seorang yang berdisiplin, karena sudah menyatu dalam dirinya, maka sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi dirasakan sebagai beban, namun sebaliknya akan membebani dirinya apabila ia tidak berbuat disiplin. Nilai-nilai kepatuhan telah menjadi bagian dari perilaku dalam kehidupannya. Disiplin yang mantap pada hakikatnya akan tumbuh dan terpancar dari hasil kesadaran manusia. Sebaliknya, disiplin yang tidak bersumber dari kesadaran hati nurani akan menghasilkan disiplin yang lemah dan tidak akan bertahan lama, atau disiplin yang statis, tidak hidup Djojonegoro dalam Soemarmo, 1998 20-21. Pengertian Disiplin Belajar Siswa, Disiplin apa bila dilihat dari segi bahasanya itu sendiri adalah latihan ingatan dan watak untuk menciptakan pengawaasan kontrol diri atau bisa juga kebiasaan mematuhi ketentuan dan perintah. Jadi arti Pengertian Disiplin secara lengkap adalah kesadaran untuk melakukan sesuatu pekerjaan dengan tertip dan sesuai dengan peraaturan-paeraturan yang berlaku dengan penuh tanggung jawab tanpa paksaan dari siapapun. Mas’udi, 200088. Suratman memberikan pengertian disiplin sebagai BRILIANT Jurnal Riset dan Konseptual Volume 2 Nomor 4, November 2017 suatu ketaatan yang sungguh-sungguh dan didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas dan kewajiban serta sikap dan perilaku sesuai dengan aturan atau tata kelakuan yang semestinya di dalam suatu lingkungan tertentu Suratman, 1999 32. Kedisiplinan adalah hal mentaati tata tertib di segala aspek kehidupan, baik agama, budaya, pergaulan, sekolah, dan lain-lain. Dengan kata lain, kedisiplinan merupakan kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku individu yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. Hal ini berdasarkan pada pengertian dalam Kamus besar Bahasa Indonesia, yang berasal dari kata disiplin berarti ketaatan atau kepatuhan kepada peraturan tata tertib dan sebagainya. Ki Hajar Dewantoro 1967 453 menyebutkan bahwa disiplin tak lain adalah peraturan tata tertib yang dilakukan secara tegas dan ketat. Dari pengertian dasar tersebut, kemudian berlanjut dengan istilah kedisiplinan yang dapat diartikan sebagai keadaan yang taat kepada peraturan tata tertib. Selaras dengan pengertian kedisiplinan tersebut, Suradisastra 1991 29 pun menjelaskan bahwa kedisiplinan berasal dari kata disiplin yang berarti sikap untuk menepati apa yang telah dijanjikan, apa yang telah direncanakan. Kemudian dijelaskan pula, bahwa disiplin mengandung makna keteguhan hati, kekuatan jiwa, tidak mudah tergoda oleh hal-hal yang dapat mencelakakan dirinya. Keberhasilan dalam suatu usaha atau dalam mencapai cita-cita akan tergantung kepada dimiliki tidaknya sikap disiplin. Orang yang berdisiplin akan berperilaku apa yang seharusnya diperbuat, tidak mengada-ada, tidak dilebih- lebihkan tetapi juga tidak dikurangi dari keadaan yang sebenarnya. Diam tepat pada pijakannya, melangkah tepat gerakannya, melaju sesuai arahnya. Sikap disiplin dapat dilakukan untuk setiap perilaku, seperti disiplin dalam belajar, disiplin dalam bekerja, disiplin dalam beraktivitas lainnya seperti dalam hal olahraga. Westra 1977 96, mengemukakan pengertian kedisiplinan sebagai Suatu keadaan tertib dimana orang-orang yang tergabung di dalam organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang ada dengan rasa senang hati. Pendapat itu menunjukkan bahwa disiplin merupakan ketaatan dan kepatuhan pada peraturan yang dilakukan dengan rasa senang hati, bukan karena dipaksa atau terpaksa. Sedangkan menurut Widodo DS 198457 bahwa, Kedisiplinan adalah kesetiaan dan ketaatan seseorang, norma-norma, instruksi-instruksi yang dinyatakan berlaku untuk orang atau orang tersebut. Dari pendapat tersebut terlihat jelas bahwa pengertian kedisiplinan mengandung beberapa unsur yakni ketaatan, pengetahuan, kesadaran, ketertiban dan perasaan senang di dalam menjalankan tugas dan mematuhi atau mentaati segala peraturan-peraturan perundangan yang dinyatakan berlaku. Manfaat Tata-Tertib Tata tertib sekolah mempunyai dua fungsi yang sangat penting dalam membantu membiasakan anak mengendalikan dan mengekang perilaku yang diinginkan, seperti yang dikemukakan oleh Hurlock 1990 85, yaitu 1 Peraturan mempunyai nilai pendidikan, sebab peraturan memperkenalkan pada anak perilaku yang disetujui oleh anggota kelompok tersebut. Misalnya anak belajar dari peraturan tentang memberi dan mendapat bantuan dalam tugas sekolahnya, bahwa menyerahkan tugasnya sendiri merupakan satu-satunya cara BRILIANT Jurnal Riset dan Konseptual Volume 2 Nomor 4, November 2017 yang dapat diterima di sekolah untuk menilai prestasinya; 2 Peraturan membantu mengekang perilaku yang tidak diinginkan. Agar tata tertib dapat memenuhi kedua fungsi di atas, maka peraturan atau tata tertib itu harus dimengerti, diingat, dan diterima oleh individu atau siswa. Bila tata tertib diberikan dalam kata-kata yang tidak dapat dimengerti, maka tata tertib tidak berharga sebagai suatu pedoman perilaku. Tata Tertib Sekolah yang biasanya hanya berbunyi/bertuliskan untuk disiplin para peserta didik namun begitu bagi guru dan semua stake holder sekolah sebagai garda terdepan terlaksannya tata tertib sekolah yang mengedepankan Penguatan Pendidikan Karakter demi terciptanya Adi Wiyata yang tertib,disiplin, efektif dan efisien dalam melaksanaan proses pembelajaran sudah selayaknya mereka sadar melaksanakan tanggung jawabnya sebagai contoh, motor, motivator, inisiatordan kolaborator dalam pembentukan karakter lebih baik bagi peserta didik yang menjujung tinggi adab, budaya dan etika sebagai bekal hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di masa depannya. Untuk mendukung dalam mensuksekan terlakasannya operasional Tata Tertib Sekolah yang hanya focus kepada kedisiplinan/ketertiban siswa tersebut stakeholder sekolah perlu merumuskan program pendukung yang merupakan tata tertib bagi bagi guru, kepala sekolah maupun tata usaha sebagai landasan tata aturan yang mengikat bagi mereka dalam melaksananan tugas dan kewajibannya di sekolah. Karena tata tertib sekolah berisikan keharusan yang harus dilaksanakan oleh siswa dan larangan yang harus tidak dilakukan oleh siswa yang juga berfungsi sebagai pengendali bagi perilaku/ perbuatan siswa, dan juga mengandung sanksi bagi siswa yang melanggarnya, maka kesimpulan yang dapat penulis kemukakan yaitu bahwa tata tertib sekolah berfungsi mendidik dan membina kebiasaan siswa di sekolah kearah berpola pikir dan berperilaku lebih baik. Karena dengan adanya sanksi pelanggaran dari keharusan atau pelarangan bagi siswa kita mestti yakin secara lambat maupun cepat mereka akan terbiasa melaksanakan disiplin sekolah dengan sadar dengan kepatuhan atau ketaatan yang tinggi tanpa perlu pengawasan yang ketat ataupun paksaan. Dari pembisaan patuh terhadap tata tertib yang dagariskan sekolah itulah yang tujuan dari proses usaha pembentukan karakter baik siswa akan berhasil terbentuk. Para siswa akan sadar melaksanakan kwajibannya sebagai peserta didik disekolahnya maupun dirumah atau dalam pergaulan dilingkungannya. Mereka akan berperilaku Religius, disiplin, tanngung jawab, jujur, giat belajar, berdaya saing tinggi, peduli linkungan, hormat pada guru, orang tua, rapi, ramah dan sopan serta menghargai sesama. Pembentukan Karakter Siswa Disekolah Sudah banyak dijelaskan diatas bahwa baik dan buruknya karakter individu maupun kelompok dengan mudah bisa dibedakan seseorang dengan orang lainnya/ sekelompok orang dengan kelompok orang lainnya dari cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu/kelompok tersebut dalam hidup mandiri atau bekerjasama dalam masyarakat. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang diciptakan oleh masyarakat untuk menyediakan lingkungan belajar dan ruang belajar untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran. Kegiatan pembelajaran diselenggarakan untuk membentuk watak/karakter, membangun BRILIANT Jurnal Riset dan Konseptual Volume 2 Nomor 4, November 2017 pengetahuan, sikap dan kebiasaan-kebiasaan untuk meningkatkan mutu kehidupan peserta didik. Upaya pembentukan karakter bagi siswa sekolah menengah pertama perlu dilakukan secara terus menerus untuk meningkatkan karakter baiknya dalam rangka membentuk warga negara yang berkarakter lebih baik dan competence lebih tinggi dan tangguh kemampuannya karena karakter baik merupakan salah satu sikap fundamental pola pikir dan perilaku seseorang untuk mencapai keberhasilan hidup yang lebih baik. Maka sudah selayaknya sekolah mempersiapkan peserta didiknya berkarakter lebih baik yang menjujung tinggi budaya dan etika sebagai bekal hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di masa depannya. Sekolah yang merupakan pusat pengembangan budaya yang adi luhung peningkatan kedisiplinan dan ketertiban di lingkungan sekolah memang sangatlah penting, karena hal ini sering kali terjadi pelanggaran kedisiplinan dan ketertiban yang dilakukan para siswa. Oleh sebab itu kedisiplinan dan ketertiban perlu kita atur dalam sebuah tatanan yang biasa kita sebut dengan tata tertib sekolah. Adapun dibuatnya tata tertib tersebut memiliki dua tujuan yaitu tujuan khusus dan juga tujuan umum. Secara khusus memiliki tujuan supaya kepala sekolah bisa menciptakan suasana yang kondusif bagi semua warga sekolah, supaya para guru bisa melaksanakan belajar mengajar dengan optimal dan supaya tercipta kerja sama di antara para orang tua dengan sekolah dalam mengemban tugas pendidikan. Sedangkan tujuan secara umumnya yaitu agar terlaksananya kurikulum secara baik serta bisa menunjang peningkatan mutu pendidikan di dalam sekolah. Sama halnya bagi pembentukan karakter seorang anak, memang butuh waktu dan komitmen dari orangtua dan sekolah atau guru jika memprioritaskan hal ini untuk mendidik anak menjadi pribadi yang berkarakter. Butuh upaya, waktu dan cinta dari lingkungan yang merupakan tempat dia bertumbuh, cinta disini jangan disalah artikan memanjakan. Jika kita taat dengan proses ini maka dampaknya bukan ke anak kita, kepada kitapun berdampak positif, paling tidak karakter sabar, toleransi, mampu memahami masalah dari sudut pandang yang berbeda, disiplin dan memiliki integritas ucapan dan tindakan sama terpancar di diri kita sebagai orangtua ataupun guru. Hebatnya, proses ini mengerjakan pekerjaan baik bagi orangtua, guru dan anak jika kita komitmen pada proses pembentukan karakter. Bagaimna membentuk karakter siswa melalui disiplin tata tertib sekolah? Seperti contoh tata tertib di atas seakan hanya menyinggung apa-apa yang harus dilakukan atau tidak dilakukan oleh siswa semata. Apakah tata tertib itu bisa terlaksana dengan yang diharapkan? Tentu saja tidak. Program/aturan sekolah untuk mendungnya sangat diperlukan. Stake holder sangat penting peranananya, meskipun tidak perlu seperti polisi atau hakim dengan vonis yang menakutkan. Suatu contoh di Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Tulungagung untuk mendorong tercapainya tertib kedatangan siwa disekolah Semua Siswa harus hadir disekolah selambat-lambatnya 10 menit sebelum pelajaran dimulai. sekolah mengadakan Progam salam senyum sapa yang diaplikasikan setiap pagi oleh kepala sekolah bersama staf dan guru BP menyambut kedatangan siswa disekolah dengan menyalaminya dan berbagai sambutan keramahan yang lain. Hasil dari pelaksanaan program ini peserta didik yang datang kesekolah terlambat menjadi jauh berkurang atau sekitar dibawah sepuluh anak dengan BRILIANT Jurnal Riset dan Konseptual Volume 2 Nomor 4, November 2017 alasan keterlambatan yang sangat masuk akal/tidak dibuat-buat, berarti tingkat kedisiplinan kehadiran siswa di sekolah bisa dipantau untuk ditingkatkan. Selain itu program 3S ternyata berdampak pada kerapian dan kelengkapan pakaian anak meningkat baik. Siswa menjadi terbiasa saling beertegur sapa antar teman selevelnya atau terhadap senior/yuniornya, gurunya atau warga sekolah yang lain dengan tata krama/sopan santun yang berlaku dilingkungan sekolah. Program Salam Senyum Sapa bagi sekolah manfaat besar sekali, sekolah dengan mudah memantau kebisaan baik dan buruk dari perilaku dan pola pikir iandividu-individu peserta didik dengan mudah. Peserta didik menjadi merasa dihargai dan diperhatikan sehingga mereka merasa nyaman dan aman di sekolah. Piket Kelas, piket kerja kelas yang beranggotakan rata-rata seperenan dari jumlah rombongan belajar dalam satu kelas siswa bertugas menkondisikan dalam/luar ruang kelas dalam keadaan bersih dan rapi, serta mempersiapkan alat bantu belajar mengajar untuk siap digunakan sebagai tempat proses pembelajaran. Kwajiban ini bertujuan supaya anak memiliki sikap gotong royong, peduli dan rasa bertanggung jawab terhadap sesam dan lingkungan sosial disekolahnya. Selain itu masih ada program wajib/ peraturan pendukung yang dilaksanakan disekolah untuk membentuk karakter baik siswa yaitu 1 Upacara bendera setiap hari Senin atau hari besar kenegaraan lainnya untuk menumbuhkan watak disiplin dan jiwa patriotism dalam berbangsa dan bernegara; 2 Hormat bendera, berdoa, salam keada guru setiap awal/jam pertama pembelajaran pagi hari dan jam terakir pembelajaran di siang hari untuk mengembangkan ketakwaan dalam beragama dan menghormati bendera negara serta menjujung tinggi harkat dan martabat bangsa; 3 Mengucapkan salam kepada guru yang datang diawal atau meninggalkan kelas selesai pembelajaran untuk membangun rasa hormat dan membiasakan bertegur sapa dengan santun pada guru atau warga sekolah lainnya; 4 Melaksanakan kegiatan Jumat bersih baik dalam atau luar lingkungan kelas/sekolah yang berupa kerja social bersama siswa, guru dan seluruh stake holder sekolah dalam rangka mencapai sekolah adi wiyata untuk meningkatkan rasa peduli, cinta dan rasa tanggung jawabnya terhadap lingkungan sekolah tempat belajarnya. KESIMPULAN Dampak positif yang muncul dengan adanya tata tertib sekolah akan membuat siswa menjadi patuh pada peraturan sekolah atau guru, introspeksi dan berjanji tidak akan melanggar peraturan lagi, menjaga ketertiban sekolah, dan membantu mendisiplinkan siswa. Konteks inilah yang akan membuat peserta didik bertutur sapa secara sopan, peduli antar sesama, meminimalisir adanya sifat acuh pada peringatan sekolah atau guru, selalu mengulang kesalahan yang sama, tidak mentaati peraturan sekolah, mempropokasi teman-temannya untuk melanggar peraturan sekolah, cenderung bersikap kearah kriminalitas, dendam kepada guru dan membentuk geng dan lain tertib sekolah dan berbagai program pendukung operasionalnya di Sekolah Menengah Negeri 3 Tulungagung terbukti mampu meningkatkatkan disiplin baik dalam kehadiran di sekolah, berpakaian, berperilaku, rasa tanggung jawab terhadap kwajibannya, lebih rajin belajar yang menggambarkan ciri-ciri baik dari seorang peserta didik dan mengurangi kegiatan negative siswa. BRILIANT Jurnal Riset dan Konseptual Volume 2 Nomor 4, November 2017 SARAN Program meningkatkan disiplin pelaksanaan tata tertib sekolah dengan tujuan membentuk dan mengembangkan karakter baik peserta sangat perlu untukdi laksanakan di setiap sekolah. Dengan demikian karakter baik peserta didik bisa dikembangkan di lingkungan sekolah. DAFTAR RUJUKAN Mas’udi. 2000. Pengertian Disiplin Belajar Siswa. Yogyakarta PT Tiga Serangkai. Hurlock, E. B. 1990. Developmental psychology a lifespan approach. Boston McGraw-Hill. Suradisastra, Djodjo. 1991. Pendidikan IPS I. Jakarta Depdikbud. Suratman, 1999. Pembinaan Mental, Fisik dan Disiplin. Jakarta LAN. Suyanto. 2017. Pengembangan Pendidikan Karakter. Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Menengah, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan. Jakarta Kemdikbud. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional. 2007. Westra, Pariarta. 1981. Ensiklopedi Administrasi. Jakarta Gunung Agung Widodo 1984. Administrasi Personalia dan Ketenagakerjaan. Yogyakarta FISIPOL UGM. ... Tata tertib adalah peraturan yang harus dipatuhi oleh setiap individu [8]. Secara umum tata tertib sekolah dapat diartikan sebagai ikatan atau aturan yang harus dipatuhi setiap warga sekolah tempat berlangsungnya proses belajar mengajar. ...Andi Rafika Dilla .BTujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembelajaran PPKn dan kesadaran menaati tata tertib siswa dan mengetahui pengaruh signifikan antara pembelajaran PPKn terhadap kesadaran menaati tata tertib siswa. MetodologiPenelitian ini merupakan penelitian ex post facto yang bersifat dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP PGRI Sungguminasa sebanyak 32 orang. Temuan utama Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa pembelajaran PPKn siswa kelas VII SMP PGRI Sungguminasa berada dalam kategori tinggi dengan skor rata-rata 77,66 dari skor ideal 100. Kesadaran menaati tata tertib siswa kelas VII SMP PGRI Sungguminasa berada dalam kategori tinggi dengan skor rata-rata 82,50 dari skor ideal 100. Hasil analisis inferensial menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan antara pembelajaran PPKn terhadap kesadaran menaati tata tertib siswa kelas VII SMP PGRI Sungguminasa. Keterbaruan/Keaslian penelitian Pengembangan instrumen penilaian tertuang dalam perangkat pembelajaran baik itu silabus maupun RPP. Terdiri dari penjabaran kompetensi dasar ke dalam indikator pencapaian hasil belajar, menetapkan jenis tes dan penulisan butir soal, mengembangkan tes pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.... Discipline is an attempt to create training on character and self-control control and understanding the provisions of rules and orders [13]. Discipline can make a person able to distinguish what things should be done, what must be done, and what can be done and what should not be done [14]. The cultivation of good and appropriate disciplinary attitudes can produce the formation of good behavior in students [15]. ...Nursakinah NursakinahJauhar JauharThis study aims to describe thematic learning that has a correlation in helping the formation of disciplinary character in students. The method used in this research is a qualitative method to get a deeper understanding of a problem. . The subjects of this study were students in class III of State Elementary School 166/1 Olak Rambahan, totaling 11 students who were obtained using random sampling technique. Instruments of data collection were carried out through observation observation of educators and students and conducting interviews with students. Data analysis used interviews and observations. Based on the results of the research that has been done, it can be concluded that the thematic learning applied to class III Elementary School will have a tremendous impact on educators, students and the school environment.... Melalui kalimat-kalimat yang memotivasi dapat memberikan semangat dan energi baru bagi siswa dalam proses pembelajaran. Sikap yang bekerja keras, selalu berusaha melakukan tugas secara maksimal, tidak cepat frustasi, disiplin dalam menggunakan waktu adalah hal-hal yang menjadi kepribadian yang sangat penting dimiliki oleh guru Suradi, 2017;Murtiyastuti, 2019. Oleh karena itu, dalam meningkatkan kreativitas guru dalam proses pembelajaran yang sangat penting diperhatikan oleh guru untuk mendorong prestasi siswa ke arah yang baik adalah bagaimana caranya dalam berinteraksi, terbuka terhadap hal-hal yang baru, memiliki prinsip dan kemampuan dalam memotivasi siswa, melakukan persiapan-persiapan yang matang sebelum mengajar serta tidak malu bertanya kepada rekan kerja saat menemui hal-hal yang kurang dipahami khususnya pada proses, metode, bahkan materi pembelajaran. ...Marni Sanda PangguaTarsicius SunaryoLisa G. KailolaThe article was to analyze the effect of teaching style and teacher’s creativity for improving the student’s achievement at Christian Vocational School of Tagari Rantepao. This research was quantitative with an expost facto research. The sample was 94 teachers at Christian Vocational High School of Tagari Rantepao. Data obtained through research instruments by questionnaires which given directly. An analyzing data was correlation and multiple linear regression analysis with SPSS application version 25. The result showed that, teaching style has significant effect on student’s achievement at Christian Vocational School of Tagari Rantepao. It can be seen from the result of data analysis where the tvalue 4,699 > ttable 2,000. The significant effect of teaching style on student’s achievement as 68,1%. Moreover, multiple linear regression analysis showed that teacher’s creativity also has significant effect on student’s achievement at Christian Vocational School of Tagari. It can be proved from the result of data analysis where the tvalue 3,051 > ttable 2,000. The significant effect of teacher’s creativity on student’s achievement as 37,2%. Teaching style X1 and teacher’s creativity X2 can explain student’s achievement. The result of data analysis also showed that Fcount 41,34 > Ftable 3,15. The determination coefficient as 0,579 means 57,9% the effect of teaching style and teacher’s creativity on student’s achievement at Christian Vocational School of Tagari Rantepao. Keywords Learning Style, Teacher Creativity, Teaching Style... keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat Suyanto, dalam Suradi 2017. ...Made Ayu PransiscaPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan implementasi asesmen portofolio terhadap pendidikan sikap dan literasi sains siswa. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu quasi eksperimen dengan rancangan Single Factor Independent Group Design dengan jumlah sampel sebanyak 68 orang siswa kelas IV SD Masbagik utara. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner untuk sikap dan tes untuk literasi sains. Data dianalisis dengan menggunakan multi analisis varians. Hasil penelitian menunjukan uji hipotesis pertama nilai F= 6,026 dengan signifikansi 0,017<0,05 yang artinya Ho ditolak dan H1 diterima, terdapat perbedaan sikap siswa yang mengikuti pembelajaran dengan implementasi asesmen portofolio dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan implementasi asesmen konvensional. Hasil uji hipotesis kedua menunjukkan bahwa F= 14,538 dengan 0,000<0,05 yang artinya Ho ditolak dan H1 diterima, terdapat perbedaan literasi sains siswa yang mengikuti pembelajaran dengan implementasi asesmen portofolio dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan implementasi asesmen konvensional. Uji hipotesis ketiga menunjukan bahwa F= 7,965 dengan 0,001<0,05 yang artinya Ho ditolak dan H1 diterima, terdapat perbedaan sikap dan literasi sains siswa secara simultan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan implementasi asesmen portofolio dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan implementasi asesmen konvensional.... Menurut Suradi adalah suatu keadaan yang terbentuk dari bimbingan keluarga, pendidikan di sekolah dan pengalaman individu akan memperlihatkan kepatuhan, keteraturan, ketaatan dan ketertiban. Suradi, 2017 Menurut Soegeng Prijodarminto, disiplin merupakan suatu proses dari serangkaian tingkah laku yang tercipta dan terbentuk dari suatu keadaan yang memperlihatkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan atau ketertiban. Nilai-nilai tersebut telah menjadi bagian perilaku dalam kehidupannya. ...Mellini Rahmawati PutriKedisiplinan memiliki peran penting dalam keberhasilan siswa pada proses pembelajaran, oleh karena itu maka dilakukanlah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh kompetensi guru dan perhatian orang tua terhadap kedisiplinan siswa di SMAS Budi Dharma Kota Dumai. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan Populasi seluruh siswa SMAS Budi Dharma Dumai, yang berjumlah 168 orang dan sampel penelitian sebanyak 118 responden, yang diperoleh dengan menggunakan rumus Slovin. Data diolah menggunakan analisis regresi berganda bantuan SPSS 21. Hasil Penelitian menemukan bahwa kompetensi guru dan perhatian orang tua memiliki pengaruh signifikan terhadap kedisiplinan siswa di SMAS Budi Dharma Kota Dumai dengan model regresi Y = 12,652 + 0,372 X1 + 0,477 X2. Kompetensi guru dan perhatian orang tua berkontribusi sebesar 67,5% terhadap kedisiplinan siswa di SMAS Budi Dharma, dimana 32,5% dipengaruhi oleh faktor lainnya. Dengan demikian untuk menciptakan kedisiplinan siswa yang tinggi di SMAS Budi Dharma, maka faktor kompetensi guru dan perhatian orang tua perlu ditingkatkanKholilah KholilahRia AstutiJum’at Beramal adalah sebuah istilah yang digunakan dalam suatu lembaga pendidikan yang merupakan suatu kegiatan yang berisi amal kebajikan berupa sedekah harta. Kegiatan ini bertujuan untuk membentuk karakter dermawan anak didik. Kegiatan Jum’at Beramal merupakan suatu bentuk dari pendidikan karakter dengan metode pembiasaan. Salah satu lembaga yang mengadakan kegiatan Jum’at Beramal ini adalah Raudhatul Athfal Al-Firdaus Pamekasan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan, tujuan dan manfaat, respon wali murid dan anak didik, serta apa saja faktor pendukung dan penghambat kegitan Jum’at Beramal di Raudhatul Athfal Al-Firdaus Pamekasan. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian fenomenologis. Berdasarkan penelitian ini dinyatakan bahwa kegiatan Jum’at Beramal di Raudhatul Athfal Al-Firdaus Pamekasan berjalan dengan baik, walaupun sebenarnya masih terdapat faktor penghambat akan tetapi tidak menjadi penghalang besar terhadap pelaksanaan kegiatan Jum’at Beramal ini. Pelaksanaan kegiatan Jum’at Beramal di Raudhatul Athfal Al-Firdaus terinspirasi dari Raudhatul Athfal Amanah Bunda Malang dan dilaksanakan di Raudhatul Athfal Al-Firdaus pertama kali pada awal tahun 2018. Kegiatan ini dilakukan setiap hari Jum’at selama sekolah aktif yang diikuti oleh semua anak didik di Raudhatul Athfal Al-Firdaus berupa sedekah uang dengan jumlah minimal Rp 500. Tujuan dari kegiatan ini adalah membentuk karakter dermawan anak, sedangkan manfaatnya membuat anak suka berbagi dan mengetahui adanya pahala. Kegiatan Jum’at Beramal ini mendapatkan respon positif dari wali murid dan anak didik. Faktor pendukung pembentukan karakter kedermawanan anak melalui kegiatan Jum’at Beramal di Raudhatul Athfal Al-Firdaus Pamekasan antara lain adalah semangat dari guru, orang tua, dan anak didik. Adapun faktor penghambatnya adalah sifat lupa dari anak didik dan tidak bisa antri dengan baik. Anjulin Yonathan KamlasiDalam proses politik berbagai cara digunakan untuk memperoleh kekuasaan sehingga diperlukan sebuah etika untuk menjadi landasan dalam berpolitik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan etika aktor politik dan birokrasi pemerintahan dalam penyelenggaraan pemrintah di Indonesia. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan bentuk studi pustaka Library research. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu studi dokumentasi dan studi pustaka dari hasil-hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini. Sumber data dalam penelitian ini yaitu artikel ilmiah, laporan penelitian ilmiah, buku, dan sumbersumber yang relevan. Analisis data dalam penelitian ini yaitu analisis isi yakni dengan cara membandingkan antara satu kajian dengan kajian yang lain. Penelitian ini menunjukan bahwa dalam menjalankan kegiatan politik seorang aktor politik memerlukan sebuah etika agar menjadi kontrol sehingga praktek politik dapat mencapai posisi ideal guna menciptakan sebuah kehidupan yang bermartabat. Sementra etika birokrasi pemerintahan memiliki makna sebagai seperangkat nilai yang dapat dijadikan acuan atau penuntun bagi tindakan pelaku administrasi negara sebagai organisasi dalam menyelenggarakan pemerintah dengan memperhatikan kepentingan Cahya FaurizaMuchtar MuchtarPutri MahananiStudent learning discipline is very necessary because it can facilitate the learning process in the classroom. This research aims to find out the efforts of teachers and the obstacles faced by teachers in controlling student learning discipline in class V of SDN Wadung Malang Regency. Research methods use descriptive qualitative. The data collection tools in this study used observation, interview, and documentation instruments. Data analysis uses qualitative descriptive analysis with miles and huberman models including data reduction, data presentation, and inference. The results of the study showed that the efforts made by teachers in controlling learning discipline by using classroom management through authoritarian, permissive, democratic, and pseudo-democratic approaches. Teachers also set good example examples, enforcing rules in the classroom, giving negative reinforcement and giving positive reinforcement to students. The obstacles faced by teachers in controlling student learning discipline are the teacher's reluctance to provide negative reinforcement to students. Abstrak Kedisiplinan belajar siswa sangat diperlukan karena dapat memperlancar proses belajar di kelas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya guru serta kendala yang dihadapi guru dalam mengendalikan kedisiplinan belajar siswa di kelas V SDN Wadung Kabupaten Malang. Metode penelitian menggunakan kualitatif deskriptif. Alat pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan instrument observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif dengan model miles dan huberman meliputi reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa upaya yang dilakukan guru dalam mengendalikan kedisiplinan belajar dengan menggunakan pengelolaan kelas melalui pendekatan otoriter, permisif, demokratis, dan pseudo demokratis. Guru juga memberikan contoh teladan yang baik, menegakkan peraturan di kelas, pemberian hukuman serta pemberian penghargaan kepada siswa. Kendala yang dihadapi guru dalam mengendalikan kedisiplinan belajar siswa yakni keengganan guru dalam memberikan hukuman kepada DamayantiAli ImronHamid Sakti WibowoDiscipline character building in students is needed and must be instilled early in the learning process. This paper aims to analyze the teacher's efforts in shaping the disciplined character of students at MI Roudlotul Huda Sekaran, Gunung Pati, Semarang. This paper uses a qualitative field research type. Data were collected by observation, interviews, and documentation. Checking the validity of the data is done by using the triangulation technique. The data analysis method used is in the form of data reduction, data presentation, and concluding. The results showed that the teacher's efforts in shaping the disciplined character of MI Roudlotul Huda Sekaran Gunung Pati Semarang students included the synergy of the headmaster and the teachers in setting good examples, habituation of positive activities, and exemplary discipline. The supporting factors for the formation of student character are good cooperation from school personnel, good communication between parents, teachers, students, the community, a positive school environment, and teachers who are enthusiastic about acting as models or leaders. While the factors that hinder student discipline are readiness in students, environmental factors, and family factorsMuhammad Husnurridlo Az ZainiLumchatul MaulaKarakter merupakan sebuah sikap yang melekat pada diri seseorang. Karakter telah mendarah daging pada diri seseorang sehingga ketika berbuat tidak perlu angan-angan yang panjang. Seiring berkembangnya zaman, banyak anak yang mengalami degradasi moral. Entah itu yang masih bersifat ringan maupun berat. Hal tersebut di akibatkan oleh semakin kompleknya zaman serta arus globalisasi yang sangat cepat. Tak terkecuali di Pondok Pesantren Darussalam Bangunsari. Pondok Pesantren merupakan tempat yang efektif dalam pembentukan karakter, salah satunya sifat disiplin bagi santri. Disiplin merupakan ketaatan dan kepatuhan terhadap peraturan yang telah disepakati. Akan tetapi, masih ditemukan santri yang tidak menanamkan sikap disiplin pada setiap kegiatannya di pondok. Hal tersebut terjadi karena adanya faktor intern pada diri sendiri serta faktor ekstern dari lingkungan sekitar. Untuk mengatasi masalah kedisiplinan, salah satu cara dengan adanya tata tertib yang harus ditaati bagi santri. Untuk menguji problematika tersebut, peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif. Jenis penelitian survey dengan teknik analisis menggunakan uji normalitas dan uji hipotesis menggunakan uji regresi liner ganda dan uji regresi linier sederhana. Dari hasil penelitian ini diperoleh hasil bahwa implementasi tata tertib berpengaruh positif dalam kedisiplinan kunci implementasi tata tertib, disiplin, pondok pesantren H. SegondSince the diagnosis and tracking of autism has been based on a clinical approach, we aim to work through, in this short communication-type article, three main questions around the methodological and theoretical principles of the psychological approach of people with this neurodevelopmental Disiplin Belajar SiswaDaftar Rujukan Mas 'udiDAFTAR RUJUKAN Mas'udi. 2000. Pengertian Disiplin Belajar Siswa. Yogyakarta PT Tiga Mental, Fisik dan DisiplinSuratmanSuratman, 1999. Pembinaan Mental, Fisik dan Disiplin. Jakarta Pendidikan Karakter Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan MenengahSuyantoSuyanto. 2017. Pengembangan Pendidikan Karakter. Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Menengah, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan. Jakarta Kemdikbud.
Secaraumum, guru yang baik dan populer di kalangan siswa memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut: Mampu Menjelaskan Materi Sesuai perannya yaitu mengajar, guru yang baik harus mampu menjelaskan materi pelajaran dengan baik sehingga mudah dipahami oleh siswa. Home Sekolah Rabu, 29 Desember 2021 - 1334 WIBloading... Guru sekolah sedang membimbing siswanya yang mengerjakan tugas kelompok. Foto/Ist A A A JAKARTA - Bagi para guru tentu ingin memberikan pendidikan yang terbaik bagi siswanya. Tak hanya mampu mengajar secara baik, guru ideal juga dapat menjadi teman sekaligus pembimbing bagi para siswanya. Jika Anda ingin menjadi guru yang baik, tidak ada salahnya jika Anda mencari tahu kriteria dan ciri guru yang disukai siswa. Jadi, simak penjelasannya di artikel ini!Kriteria dan Ciri Guru yang Disukai Siswa Sebelum lebih jauh membahas tentang ciri guru yang disukai siswa , artikel ini dibuat berdasarkan cuitan Rousyan Fikri, CEO Pahamify di laman Twitter miliknya. Sebagai praktisi pendidikan, Fikri telah merangkum beberapa kriteria yang menjadi cerminan sikap guru profesional dan ideal sebagai pengajar, sebagai berikut Baca Juga Mampu Menyajikan Materi Pelajaran Poin pertama yang menjadi ciri guru yang disukai siswa adalah mampu menyajikan materi pelajaran. Bukannya semua guru mampu menyajikan pelajaran? Memang benar semua guru bisa mengajar, namun hanya guru ideal lah yang mampu menyajikan materi pelajaran. Artinya, tidak hanya mengajar, seorang guru ideal harus mampu menyajikan materi pelajaran dengan cara yang disukai dan mudah dimengerti oleh para menilai, seorang guru harus menemukan cara mengajar yang efektif dan inovatif. Terlebih di masa pandemi seperti ini, selama proses pembelajaran daring, kita tidak pernah tahu bagaimana kemampuan siswa memahami materi yang disajikan secara online. Jika tidak disajikan dalam metode yang efektif, besar kemungkinannya para siswa akan merasa bosan dan meninggalkan kelas. Mampu Mengenali Setiap Siswa Jika Anda ingin dihargai oleh para siswa, Anda juga harus mengenali setiap siswa. Hal ini tentu tidak mudah, mengingat banyaknya siswa yang Anda ajarkan di kelas. Apalagi, tidak semua karakter siswa sesuai ekspektasi atau kriteria yang Anda inginkan. Namun, sebagai sikap guru profesional, Anda harus mengenal setiap siswa yang Anda ajarkan. Baca Juga Tidak harus mengingat nama siswa satu per satu, tapi setidaknya tanyakanlah kabar mereka, dan biasakan ucapkan kata tolong dan terima kasih ketika meminta bantuan mereka. Akan lebih baik lagi jika Anda mampu memahami topik yang sedang mereka perbincangkan, tren hingga kesukaan para Pernah Membandingkan Kemampuan Siswa Tidak bisa dipungkiri jika setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda. Sebagai seorang guru, Anda tentu akan melihat berbagai kemampuan yang dimiliki siswa. Ada siswa yang berbakat di bidang akademis seperti materi matematika, fisika dan ilmu pasti lainnya. Ada pula siswa yang mampu menyerap materi secara cepat dan rinci. Namun, ada pula siswa yang cenderung tidak tertarik dengan materi akademis, tapi sangat berbakat di bidang seni dan olah di antara ciri guru yang disukai siswa adalah tidak pernah membanding-bandingkan kemampuan mereka. Apalagi membandingkan kemampuan antar generasi. Jadi, jangan pernah melontarkan kalimat “alumni kalian lebih pintar, lebih sukses” dan sebagainya. Alih-alih menjadi motivasi belajar, para siswa justru merasa bosan dan tidak akan memperhatikan materi yang Anda sajikan. guru aplikasi pahamify sekolah pelajar guru belajar Baca Berita Terkait Lainnya Berita Terkini More 21 menit yang lalu 1 jam yang lalu 2 jam yang lalu 3 jam yang lalu 4 jam yang lalu 4 jam yang lalu CIRI- CIRI SISWA BERKESULITAN BELAJAR Siswa sering mengalami gejala atau ciri-ciri yang dapat ditemukan saat mereka mengalami hambatan dalam proses belajarnya. Gejala yang muncul tidak jarang menimbulkan keadaan yang berbeda ditimbang biasanya sehingga terkadang orang lain menganggapnya bahwa sedang malas dalam belajar. Bapak dan Ibu Guru, dalam mengajar ada satu hal yang harus kita pahami bahwa setiap peserta didik memliki latar belakang yang berbeda dan cara belajarnya sendiri. Mereka memiliki karakter masing-masing yang terbentuk dari proses pembelajaran yang dilaluinya. Dengan begitu, sebaga guru haruslah mengetahui karakteristik peserta didik yang berbeda-beda. Selain itu, mengenal karakter-karakter peserta didik juga berkaitan dengan cara yang Bapak dan Ibu Guru ambil untuk merancang dan melaksanakan pembelajaran yang sesuai. Supaya siswa mampu mencapai tujuan pembelajaran, mari kita pahami bersama karakteristik peserta didik yang unik di artikel ini. Pengertian karakteristik peserta didik Apa itu karakteristik peserta didik? Karakteristik merupakan pengembangan dari kata karakter yang artinya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI adalah sifat-sifat kejiwaan, tabiat, watak, dan kebiasaan yang dimiliki oleh seseorang yang sifatnya relatif tetap. Demikian, maka pengertian karakteristik peserta didik adalah keseluruhan pola kelakukan atau kemampuan yang dimiliki peserta didik sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungan, sehingga menentukan aktivitasnya dalam mencapai cita-cita atau tujuannya. Karakteristik peserta didik pun merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam perancangan pembelajaran. Karakteristik peserta didik menurut para ahli Pengertian di atas sejalan dengan yang dikemukakan oleh Ardhana dalam Asri Budiningsih 2017 11. Karakteristik peserta didik adalah salah satu variabel penting dalam desain pembelajaran, yang biasanya didefinisikan sebagai latar belakang pengalaman yang dimiliki oleh peserta didik, termasuk aspek-aspek lain yang ada pada diri mereka, seperti kemampuan umum, ekspektasi terhadap pembelajaran, ciri-ciri fisik, dan emosi yang memberikan dampak terhadap keefektifan belajar. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan, bahwa pemahaman atas karakteristik peserta didik dimaksudkan untuk mengenali ciri-ciri dari setiap peserta didik, yang nantinya akan menghasilkan berbagai data terkait siapa para peserta didik itu dan sebagai informasi penting untuk pijakan dalam menentukan berbagai metode yang optimal guna mencapai keberhasilan kegiatan pembelajaran. Bagaimana cara memahami karakteristik peserta didik? Dalam buku Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar 2011 yang ditulis oleh Sardiman, menyebutkan ada tiga macam karakteristik peserta didik yang harus diperhatikan, yaitu Karakteristik yang berkaitan dengan kemampuan awal peserta didik, contohnya kemampuan intelektual dan berpikir. Karakteristik yang berhubungan dengan latar belakang dan status sosial para peserta didik. Karakteristik yang berkaitan dengan perbedaan masing-masing kepribadian, seperti sikap, perasaan, dan minat. Lalu, bagaimana cara untuk memahami karakter tersebut? Caranya, Bapak dan Ibu Guru dapat menganalisis lima hal berikut. Karakteristik Umum Peserta DidikKarakteristik umum berkaitan dengan budaya, suku, agama, gender, dan latar belakang status sosial yang mempengaruhi sikap dan minat belajar peserta didik. Dengan memperhatikan karakteristik umum siswa, Bapak dan Ibu Guru bisa merancang dan mengimplementasikan pelajaran bermakna yang menjawab kebutuhan unik setiap peserta didik. Kemampuan Awal Khusus Peserta DidikKemampuan awal merujuk pada pengetahuan dan keterampilan yang sudah atau belum dimiliki oleh peserta didik. Untuk dapat mengetahuinya, Bapak dan Ibu Guru bisa melakukannya secara informal melalui pertanyaan di kelas, atau lebih formal dengan cara memberikan tes. Hasilnya lah yang akan menentukan, apakah peserta didik memiliki kompetensi yang diperlukan untuk mendapatkan atau mengetahui materi selanjutnya. Gaya Belajar Peserta DidikGaya belajar peserta didik mengacu pada ciri-ciri psikologis yang mempengaruhi bagaimana pandangan dan respon mereka pada berbagai stimulus pelajaran yang diberikan. Ciri psikologis yang dimaksud antara lain kekuatan dalam memberi persepsi, kebiasaan memproses informasi, motivasi, dan berbagai aspek psikologis lainnya. Bakat Peserta DidikBakat peserta didik merupakan bawaan sejak lahir dan terkait dengan struktur oraknya. Meski begitu, keaktifan otaknya sangat ditentukan oleh cara peserta didik berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan begitu, bakat yang dimiliki peserta didik merupakan salah satu faktor untuk dapat mempengaruhi keberhasilan belajar. Retensi Peserta DidikRetensi, yaitu kemampuan peserta didik untuk mengingat materi yang telah dipelajari. Bapak dan Ibu Guru pun dapat melihat karakteristik peserta didik dari penguasaan atas materi pelajaran, dimana prosesnya tidak terlepas dari kegiatan mengingat kemampuan menggunakan daya ingat. Dengan menganalisis karakteristik umum, kemampuan awal khusus, gaya belajar, bakat, dan retensi peserta didik, akan membantu Bapak dan Ibu Guru dalam memahami karakteristik peserta didik. Karakteristik apa saja yang perlu dimiliki peserta didik? Ada berbagai macam karakteristik yang dimiliki oleh setiap peserta didik. Dalam Modul Belajar Mandiri untuk calon guru yang disediakan oleh Kemendikbud, karakteristik peserta didik meliputi Etnik, tentunya masing-masing peserta didik berasal dari etnis yang berbeda-beda. Kultural, peserta didik sebagai anggota suatu masyarakat tentunya juga memiliki budaya tertentu. Status sosial, peserta didik pada suatu kelas biasanya berasal dari status sosialekonomi yang berbeda-beda. Minat, peserta didik memiliki perasaan senang atau suka yang berbeda-beda terhadap mata pelajaran yang dipelajarinya. Perkembangan kognitif, setiap peserta didik memiliki tingkat perkembangan kognitif yang berbeda, dan hal ini akan mempengaruhi guru dalam memilih serta menggunakan pendekatan pembelajaran, metode, media, dan jenis evaluasi dalam melakukan pembelajaran. Kemampuan awal peserta didik bersifat individual, artinya setiap peserta didik memiliki kemampuan awal yang berbeda, sehingga untuk mengetahuinya juga harus bersifat individual. Gaya belajar peserta didik yang visual, auditif, dan kinestetik. Motivasi, masing-masing peserta didik memiliki motivasi belajar yang berbeda-beda dalam belajar. Hal ini dapat dilihat dari tiga hal 1 kualitas keterlibatannya, 2 perasaan dan keterlibatan afektif peserta didik, 3 upaya peserta didik untuk senantiasa memelihara/menjaga motivasi yang dimiliki. Perkembangan emosi, peserta didik dapat merasakan senang/gembira, aman, semangat, bahkan sebaliknya peserta didik merasakan sedih, takut, dan sejenisnya dalam pembelajaran. Perkembangan sosial, setiap peserta didik memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma dan tradisi yang berlaku pada kelompok atau masyarakat, kemampuan untuk saling berkomunikasi dan kerja sama. Perkembangan sosial peserta didik pun dapat diketahui/dilihat dari tingkatan kemampuannya dalam berinteraksi dengan orang lain dan menjadi bagian masyarakat di lingkungannya. Perkembangan moral para peserta didik dapat dilihat dari 3 tahapan, yaitu Tahap Preconventional 6-10 tahun yang meliputi aspek hukuman dan kepatuhan, atau peserta didik menilai baik dan buruk berdasarkan akibat perbuatan Tahap Conventional 10-17 tahun yang meliputi aspek good boy orientation orientasi perbuatan yang baik, yakni menyenangkan, membantu, atau disepakati oleh orang lain Tahap Postconventional 17-28 tahun yang meliputi contractual legalistic orientation, yakni orientasi orang pada legalitas kontrak sosial. Perkembangan spiritual, masing-masing peserta didik memiliki kesadaran diri, fleksibel dan adaptif. Selain itu, peserta didik juga cenderung memandang sesuatu holistik, dan cenderung mencari jawaban-jawaban fundamental atas situasi-situasi hidupnya. Perkembangan motorik, peserta didik tentunya memiliki perkembangan motorik kasar dan motorik halus. Bagaimana seharusnya guru menyikapi peserta didik dengan karakteristik yang berbeda-beda? Melalui buku KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK yang merupakan Kumpulan Opini Luaran PLP I FKIP Universitas Muhammadiyah Bangka Belitung 2022, seorang guru dapat bersikap sebagai berikut dalam menyikapi peserta didik dengan karakteristik yang berbeda-beda. Selalu bersikap ramah pada peserta didik; Tidak menyalahkan peserta didik jika belum mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Namun, apabila peserta didik tersebut memang benar-benar melakukan kesalahan, maka nasehatilah dengan lembut, agar ia tidak merasa disalahkan atau disudutkan dan mengetahui apa yang telah dilakukannya itu. Selalu menawarkan bantuan, karena pastinya setiap peserta didik perlu bantuan dari gurunya; Jadilah guru yang mampu menjadi orangtua pada saat di sekolah sekaligus teman bagi para peserta didik; Selalu memberikan perhatian pada peserta didik, karena bagi mereka perhatian itu menjadi hal yang sangat membahagiakan walau spele. Menerapkan 5S senyum, salam, sapa, sopan, dan santun di sekolah, tidak hanya menjadi tulisan dalam poster yang ditaruh di dinding saja. Jadi, bagaimana Bapak dan Ibu Guru? Apakah selama ini sudah mencoba untuk memahami karakteristik para peserta didik? Dalam proses memahami karakteristik peserta didik, Bapak dan Ibu Guru bisa bergabung bersama Quipper School Premium. Bapak dan Ibu Guru akan mendapatkan berbagai informasi terkait edukasi untuk Guru. Ayo, bergabung sekarang juga!Berikuttanda-tanda guru itu disukai siswa. 1. Nyambung/connect dengan siswa Guru yang baik bisa cepat konek dengan siswa dan merasakan kebutuhan mereka sebagai individu. Kehidupan siswa itu tidak terbatas di sekolah. Ada aktivitas, perasaan, dan masalah yang kompleks yang mereka hadapi di luar sekolah.
Pahamifren, kamu tentu punya guru favorit di sekolah, kan? Nah, menurutmu, karakteristik guru yang baik dan disukai banyak siswa itu seperti apa sih? Apakah yang cara mengajarnya menyenangkan? Atau justru yang sering jamkos dan jarang masuk kelas? Biar bisa menjadi referensi untuk para guru maupun siswa, kali ini Mipi mau mengulas ciri guru yang disukai siswa, berdasarkan cuitan Twitter Kak Fikri, CEO Pahamify. Nggak terlewat, Mipi juga bakal membahas pentingnya guru yang baik dalam proses pembelajaran. Simak artikel ini sampai selesai, ya. Karakteristik Guru yang Baik dan Disukai Siswa Dari cuitannya, Kak Fikri menekankan karakteristik guru yang baik dan disukai siswa itu mampu akrab, peduli, dan mampu berbagi cerita dengan siswanya. Karakteristik guru seperti ini biasanya akan fokus pada pertanyaan, adakah yang bisa dibantu dari siswa tersebut? Kalau ada siswa yang cerita, ia akan tahu siswa tersebut butuh diberi saran atau hanya didengarkan. Secara umum, guru yang baik dan populer di kalangan siswa memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut Mampu Menjelaskan Materi Sesuai perannya yaitu mengajar, guru yang baik harus mampu menjelaskan materi pelajaran dengan baik sehingga mudah dipahami oleh siswa. Dalam artian, ia mampu menemukan cara mengajar yang efektif melalui metode belajar yang inovatif. Apabila proses pembelajaran yang diterapkan itu-itu saja, siswa akan cenderung bosan dan mengantuk di kelas. Akibatnya, bukannya memahami materi dengan baik, siswa bakal mencari kesibukan yang lain, atau bahkan memilih tidur saat jam pelajaran berlangsung. Biasanya, guru yang baik bisa mengetahui kapan waktunya menjelaskan materi, memberikan tugas, atau membuat kelompok diskusi. Tidak jarang, mereka juga melibatkan siswanya dalam merencanakan kegiatan pembelajaran agar materi yang disampaikan bisa diserap secara maksimal. Mengenali Siswa Siswa akan merasa dihargai jika guru dapat mengenalinya secara baik. Maka dari itu, daripada hanya membaca nama-nama siswa saat melakukan absensi, alangkah baiknya seorang guru juga berusaha mengenali nama siswanya. Jika perlu, cari tahu apa kesukaannya, perbanyak senyum, tanyakan kabar, dan ucapkan terima kasih saat menerima bantuan. Cobalah untuk memulai percakapan santai dengan siswa sebelum menjelaskan materi pelajaran. Cara seperti ini akan memperkuat keakraban antara siswa dan guru. Siswa juga akan merasa diperlakukan dengan baik oleh gurunya. Tidak Membandingkan Siswa Tidak ada orang yang suka dibanding-bandingkan dengan orang lain, begitu juga siswa. Karakteristik guru yang baik biasanya tahu bahwa kemampuan setiap siswanya berbeda-beda. Ada yang mampu memahami materi secara cepat, ada juga yang harus dijelaskan secara rinci terlebih dahulu baru bisa menyerap materinya. Maka dari itu, guru yang disukai siswa tidak akan membandingkan atau menghakimi siswanya. Ciri guru yang populer di kalangan siswa satu di antaranya yaitu mampu menghadapi siswa yang kurang perhatian, suka menyela, atau bahkan siswa yang suka mengalihkan pembicaraan. Biasanya, guru tersebut sangat terbuka untuk dicurhati dan tidak akan membanding-bandingkan siswa tersebut dengan siswa lainnya, apalagi membandingkan antargenerasi. Mampu Memposisikan Diri dalam Berbagai Situasi Guru memiliki peran yang sangat sentral di sekolah. Nggak heran, sebagian orang mengatakan guru sebagai orang tua kedua bagi siswa. Selain memposisikan diri sebagai guru, terkadang dalam situasi tertentu seorang guru juga harus menempatkan dirinya sebagai orang tua, sahabat, motivator, atau bahkan menjadi mediator bagi siswanya. Seorang pengajar yang mampu memposisikan diri dalam berbagai situasi akan menjadi akrab dan disukai oleh anak didiknya. Mereka mampu memahami suka duka seorang murid, bagaimana kehidupannya, serta mampu menawarkan solusi untuk mengatasi masalah yang dialami siswanya. Bisa Menjadi Tempat Bercerita Karakteristik yang terakhir yaitu bisa menjadi tempat bercerita. Dalam artian, selain mampu mendengarkan cerita siswa dengan baik, guru tersebut bisa dipercaya untuk menjaga kerahasiaan ceritanya. Kalau dicurhatin masalah guru atau siswa di sekolah, nggak dibocorkan ke pihak terkait. Guru yang seperti ini biasanya sangat komunikatif yakni mudah menjalin komunikasi dengan siswanya. Jadi, siswa nggak merasa takut atau tidak nyaman untuk bercerita banyak dengan gurunya. Pentingnya Karakteristik Guru yang Baik dalam Proses Pembelajaran Gimana, Pahamifren? Dari karakteristik guru di atas, adakah guru di sekolah kamu yang termasuk di dalamnya? Apakah guru favoritmu juga memiliki kriteria tersebut? Ternyata, guru yang baik dan disenangi oleh siswa punya pengaruh yang penting dalam proses pembelajaran, lho. Guru yang baik akan menghadirkan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Pola pembelajaran yang diajarkan pun bisa merangkul dan menyatukan visi misi setiap siswanya. Jika siswa sudah merasa senang dengan cara guru mengajar, otomatis minat mereka terhadap mata pelajaran tersebut akan meningkat. Hal ini tentu berdampak pada prestasi atau hasil belajar siswa yang memuaskan. Nah, itulah beberapa karakteristik guru yang baik disukai oleh siswa. Mudah-mudahan, ulasan kali ini bisa menjadi referensi untuk para guru dan siswa. Buat siswa yang ingin mendapatkan proses belajar menyenangkan di luar sekolah, kamu bisa menggunakan aplikasi belajar online Pahamify. Dilengkapi video materi berkonsep gamifikasi, Pahamify bisa membantumu belajar online di rumah dengan cara seru dan bikin paham. Kamu juga bisa mendapatkan berbagai fitur belajar untuk persiapan kuliah, mulai dari SNMPTN, UTBK SBMPTN, hingga Ujian Mandiri, lho. Tunggu apalagi, yuk download aplikasi Pahamify di link ini sekarang! Jangan lupa ikuti TryOut Pahamiy Premium sebagai persiapan UTBK. Cek penawaran spesial langganan premium Pahamify di laman Promo. Penulis Fitri Dewanty – SEO Content Writer Pahamify Pahami Artikel LainnyaBABII PEMBAHASAN A. Ciri-Ciri Assessmen yang Baik Menurut Sudijono (2013) menyatakan bahwa ciri-ciri assessment yang baik adalah sebagai Berikut: 1. Validitas adalah ketepatan, kebenaran, keshahihan atau keabsahan. Apabila kata valid itu dikaitkan dengan fungsi tes sebagai alat pengukur, maka sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut 404 Not Found - NotFoundHttpException 1 linked Exception ResourceNotFoundException » [2/2] NotFoundHttpException No route found for "GET /Ios/lowongan-kerja-untuk-mahasiswa-bandung-8770682" [1/2] ResourceNotFoundException Logs Stack Trace Plain Text
Siswayang jujur akan dinilai baik oleh guru, sedangkan siswa yang berbohong dinilai buruk perilakunya. Anak-anak dan guru saling menghargai pendapat ketika pelajaran. Fungsi Nilai Sosial Nilai sosial menjadi kebudayaan yang tetap dilestarikan dalam kehidupan sehari-hari. Fungsi umum nilai sosial yaitu: Menyumbangkan Seperangkat Norma Sosial
Bapak/Ibu guru, apakah ada siswa di kelas yang kesulitan memahami pelajaran ketika diminta membaca buku atau memahami sebuah gambar, tapi sangat cepat memahami pelajaran jika dijelaskan secara langsung? Jika ada, besar kemungkinan siswa tersebut memiliki gaya belajar auditori. Gaya belajar auditori adalah gaya belajar di mana seseorang lebih banyak mengandalkan indera pendengarannya untuk menangkap informasi. Sebaliknya, mereka akan kesulitan mengingat atau memahami informasi jika hanya melihat atau membacanya saja. Lantas, bagaimana cara mengetahui siswa yang memiliki gaya belajar auditori? Apa kelebihan dan kekurangan gaya belajar ini? Adakah strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan gaya belajar auditori? Berikut penjelasan selengkapnya. Pengertian Gaya Belajar Auditori Gaya belajar adalah cara yang disukai dan memudahkan seseorang dalam menyerap, memproses, memahami, dan menyimpan informasi. Gaya belajar antara satu orang dengan orang lainnya bisa berbeda-beda. Maka dari itu, sebagai guru, penting sekali untuk mengetahui dan memahami gaya belajar yang dimiliki oleh setiap siswa. Pasalnya, gaya belajar ini dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Selain itu, dengan mengetahui gaya belajar siswa, guru akan lebih mudah dalam membuat strategi belajar. Gaya belajar ini sendiri terdiri dari beberapa macam. Salah satunya adalah gaya belajar auditori. Gaya belajar auditori adalah gaya belajar di mana seseorang lebih banyak mengandalkan indera pendengarannya untuk menangkap informasi. Siswa dengan gaya belajar ini akan lebih mudah mempelajari suatu materi dengan mendengarkan suara guru ketika menjelaskan materi tersebut. Biasanya, siswa dengan gaya belajar auditori ini sangat mudah menyerap atau merekam apa yang mereka dengar, termasuk cerita dan sangat mampu menjelaskannya kembali dengan bahasanya sendiri. Itulah mengapa, mereka cenderung lebih menyukai metode pembelajaran, seperti diskusi, ceramah, dan metode lainnya yang lebih banyak mengandalkan indera pendengaran. Sebaliknya, siswa dengan gaya belajar auditori akan lebih sulit memahami materi pelajaran jika hanya diminta membaca buku saja. Ciri-ciri Gaya Belajar Auditori Ada berbagai cara yang bisa Bapak/Ibu guru lakukan untuk mengetahui siswa yang memiliki gaya belajar auditori. Salah satunya adalah pengamatan secara mendetail. Biasanya, siswa dengan gaya belajar auditori menunjukkan ciri-ciri berikut ini. 1. Lebih mudah belajar dengan mendengarkan Siswa yang memiliki gaya atau tipe belajar auditori cenderung lebih mudah belajar dengan cara mendengarkan penjelasan deskriptif, baik dalam bentuk kalimat ataupun angka. Mereka dapat menyerap makna melalui komunikasi tanpa harus melihat atau menuangkannya dalam bentuk gambar seperti siswa dengan gaya belajar visual. Siswa dengan gaya belajar ini lebih senang mendengarkan daripada membaca buku. Mereka belajar dengan cara mendengarkan orang lain menjelaskan materi, membaca materi dengan suara keras, atau merekam dan memutar kembali penjelasan guru. 2. Peka terhadap suara Berhubung siswa dengan gaya belajar auditori lebih banyak mengandalkan indera pendengaran, maka tak heran jika mereka lebih peka terhadap suara. Mereka akan sangat mudah terganggu dengan suara-suara berisik di lingkungan sekitar, seperti suara kendaraan, mesin, dan suara lain yang dapat mengganggu konsentrasi mereka. Oleh karena itu, siswa yang memiliki gaya belajar auditori memerlukan lingkungan dengan kondisi suara yang kondusif agar dapat mendengarkan sumber suara yang diperlukan, misalnya suara guru yang sedang menjelaskan. 3. Aktif berbicara Meskipun senang mendengarkan suara, siswa yang memiliki gaya belajar auditori tidak menyukai suara-suara yang berisik dan tidak diperlukan. Di lain sisi, mereka juga tidak menyukai lingkungan yang terlalu sunyi sehingga selalu berusaha untuk mengisi kesunyian tersebut dengan bersiul, bersenandung, menyanyi, berbicara, mendengarkan musik, dan sebagainya. Mereka juga cenderung lebih aktif berbicara, senang berdiskusi, dan pandai bercerita. Jika harus belajar untuk ujian, mereka perlu mendengarkan kembali penjelasan guru, membaca buku dengan suara keras, atau berdiskusi. 4. Senang membaca dengan suara keras Selain mendengarkan ulang penjelasan guru, biasanya siswa dengan gaya belajar auditori akan membaca sekilas materi yang akan dipelajari terlebih dahulu. Setelah itu, mereka akan mengubah teks tersebut ke dalam bentuk audio dengan cara direkam atau dibaca keras-keras. Mereka juga akan membayangkan teks tersebut seperti sebuah dialog dalam cerita disertai dengan efek suara dan musik sehingga membuat materi pelajaran terasa lebih hidup. Dengan cara seperti itulah, siswa yang memiliki gaya belajar auditori lebih mudah memahami pelajaran daripada hanya dibaca dalam hati. 5. Menyukai musik Siswa dengan gaya atau tipe belajar auditori juga senang mendengarkan musik, suara, atau sesuatu yang bernada dan berirama karena sangat membantu mereka dalam memproses sebuah informasi. Sebaliknya, suara yang berisik, seperti suara kendaraan, mesin, ketukan palu, dan lainnya justru dapat mengganggu mereka. Kelebihan dan Kekurangan Gaya Belajar Auditori Setiap gaya belajar tentu memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, tak terkecuali gaya belajar auditori. Berikut adalah beberapa kelebihan dan kekurangan gaya belajar ini. Kelebihan gaya belajar auditori Memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik Pandai bercerita Dapat dengan mudah meniru perkataan orang lain dalam waktu singkat Lebih cepat menghafal Merasa percaya diri dan tidak malu ketika harus berbicara di depan orang banyak Mudah mengingat informasi yang mereka dengar Mudah mempelajari bahasa asing Memiliki kemampuan multitasking yang baik Kekurangan gaya belajar auditori Sulit mengingat informasi jika hanya dibaca saja tanpa adanya suara Sering dianggap berisik dan mengganggu siswa lain karena mereka membutuhkan suara saat belajar Mudah terganggu dengan suara-suara berisik Kesulitan dengan tugas-tugas yang tertulis atau visual Kesulitan mengerjakan tugas secara individu Strategi Mengajar untuk Siswa dengan Gaya Belajar Auditori Berikut adalah beberapa strategi mengajar yang dapat guru terapkan pada siswa dengan gaya belajar auditori agar hasil belajar bisa lebih optimal. 1. Bantu siswa mengenal gaya belajarnya Tidak semua siswa mengenal gaya belajar yang mereka miliki dengan baik. Disinilah peran guru diperlukan untuk membantu mereka mengenal gaya belajarnya. Ketika siswa mampu mengenal gaya belajar dengan baik, mereka dapat berperan aktif dalam pembelajaran. Selain itu, hal ini juga akan memudahkan mereka dalam menerapkan strategi belajar, baik di dalam maupun luar kelas. 2. Gunakan musik atau lagu Selain mendengarkan penjelasan guru secara langsung, siswa dengan gaya belajar auditori juga lebih mudah memahami pelajaran sambil mendengarkan musik atau lagu. Dalam hal ini, guru dapat mengubah materi pelajaran yang berbentuk teks biasa menjadi lirik lagu sehingga akan lebih mudah dipahami oleh siswa yang memiliki gaya belajar auditori. Guru dapat menggunakan lagu untuk mengajar mata pelajaran apa pun, mulai dari matematika hingga sejarah. Cara lainnya adalah dengan memutar musik yang lembut dan cocok untuk digunakan sambil belajar. Ada berbagai musik khusus untuk belajar yang dapat guru unduh dari internet. 3. Gunakan metode belajar tanya jawab Selain metode ceramah dan diskusi, guru juga bisa menggunakan metode belajar tanya jawab untuk memudahkan siswa yang memiliki gaya belajar auditori memahami pelajaran. Ketika siswa dapat mengajukan pertanyaan dan mendengarkan jawabannya, mereka lebih cenderung mengingat informasi tentang topik tertentu. 4. Dorong siswa untuk membaca materi pelajaran dengan keras Strategi mengajar lainnya untuk siswa dengan gaya belajar auditori adalah dengan mendorong siswa untuk membaca materi pelajaran dengan suara keras. Dengan begitu, mereka dapat mendengarkan suara dan lebih mudah memahami materi pelajaran. Selain itu, guru juga bisa meminta mereka untuk menjelaskan jawaban atau pendapat mereka selama diskusi kelas. Bisa juga dengan meminta mereka menjawab pertanyaan secara lisan alih-alih menuliskannya di selembar kertas. 5. Sediakan media pembelajaran yang bervariasi Menyediakan gambar atau grafik yang menarik untuk cocok untuk siswa dengan gaya belajar visual. Akan tetapi, bagi siswa dengan gaya belajar auditori media belajar seperti ini kurang tepat karena membuat mereka kesulitan dalam mengingat materi. Sebagai gantinya, guru dapat menyediakan media pembelajaran yang lebih bervariasi dan cocok untuk diterapkan pada siswa dengan gaya belajar yang lebih mengandalkan pendengaran ini. Misalnya, menyajikan materi dalam bentuk rekaman suara atau pola bercerita dengan bunyi, irama, dan nada. Demikian pembahasan mengenai gaya belajar auditori. Semoga dapat membantu Bapak/Ibu guru dalam mengenal dan memaksimalkan hasil belajar siswa dengan gaya belajar auditori.
| А а εዷո | Оςαчашኡየ чиклеն |
|---|---|
| ኀстафυг арυχዩшሔδи ፎоቷ | Туβ ዟбр |
| Ψէмենω λ ሸֆубոкሑс | Йиб օհασюгοχу |
| Иչэጩαзሦ ሌклሹφեሀጏпም ξኙֆиግеնыր | Իփулеջи րθнибап |
| Ռሁцዜхище ктዶξыս | Նеጴ իкребр рուзвеሿ |